Arghajata

Januari 20, 2025

Panduan Memahami Pentingnya Manajemen Risiko Pada Perusahaan

Memahami manajemen risiko sangat penting untuk menavigasi ketidakpastian dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan perusahaan, memastikan risiko dikelola secara efektif.

Di dunia yang dipenuhi ketidakpastian, manajemen risiko adalah hal yang harus dipahami, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun profesional, seperti pada perusahaan. Hal ini karena setiap hal yang dilakukan terdapat risiko-nya tersendiri, baik dalam bentuk positif maupun negatif.

Di kehidupan sehari-hari, misalnya, untuk hal simple, seperti memilih makanan, risiko pasti mengikuti di belakangnya. Apakah makanan yang dipilih tersebut memberi gizi untuk tubuh atau justru sebaliknya.

Di sisi lain, di kehidupan perusahaan mengendalikan risiko juga sering kali terjadi untuk setiap hal yang dihadapi. Misalnya, perusahaan menghadapi risiko fluktuasi mata uang dalam transaksi internasional. Untuk mengelola risikonya, perusahaan harus menggunakan kontrak lindung nilai (hedging) seperti forward atau opsi mata uang, menyimpan sebagian dana dalam mata uang asing untuk mengantisipasi kebutuhan, atau meninjau dan menyesuaikan anggaran berdasarkan tren nilai tukar.

Karena itu, manajemen risiko penting untuk dipahami, lebih mendalam untuk perusahaan. Untuk itu, ulasan berikut tentang apa itu manajemen risiko hingga cara mengelolanya dapat Anda simak.

Apa Itu Manajemen Risiko?

Risk Management Assesment
Risk Management Assesment/Freepik

Manajemen risiko merupakan suatu proses untuk mengevaluasi, menganalisis, dan mengendalikan risiko. Adanya pengendalian risiko ini bertujuan mengelola kerugian serta memaksimalkan peluang dengan lebih efisien.

Dalam manajemen risiko, terdapat beberapa aspek yang harus dipahami perusahaan untuk memastikan identifikasi, analisis, dan mitigasi risiko dapat mempengaruhi fokus utama, seperti:

1. Keputusan yang akan Dibuat

Keputusan yang terbilang tepat dapat mengurangi dampak negatif serta memaksimalkan keuntungan. Selain itu, juga mempengaruhi keberlangsungan strategi sebuah perusahaan, dalam hal ini mencakup strategi mitigasi risiko (menghindari, mengurangi, menerima, atau mentransfer).

2. Waktu, Lokasi, Hal-Hal Spesifik, dan yang Dikecualikan

Aspek ini mengacu pada:

  • Waktu: Durasi pelaksanaan, apakah terfokus pada periode tertentu atau berkelanjutan.
  • Lokasi: Area fisik atau virtual tempat risiko mungkin timbul.
  • Faktor spesifik: Priority elements for management focus, such as processes, assets, or external relationships.
  • Hal yang dikecualikan: Faktor yang tidak dapat diprediksi atau risiko yang tidak dapat dikendalikan untuk mencegah kebingungan, seperti risiko yang berada di luar kendali organisasi.

3. Sumber Daya yang Diperlukan

Manajemen risiko juga diperlukan untuk mengetahui alokasi sumber daya yang mencakup berbagai elemen penting untuk memastikan proses berjalan efektif. Sumber daya yang dimaksud, antara lain:

  • Tim manajemen risiko: A group of individuals with expertise in identifying, analyzing, and managing risks. This team coordinates risk management efforts across the organization.
  • Anggaran: Dana yang dialokasikan untuk mendukung aktivitas manajemen risiko, termasuk pelatihan, implementasi teknologi, dan pengembangan strategi.
  • Data historis: Informasi dari kejadian risiko sebelumnya yang digunakan untuk mengidentifikasi pola dan memprediksi potensi risiko di masa depan.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab dalam hal ini? Biasanya diberikan kepada risk owner, yaitu individu atau tim yang bertanggung jawab untuk mengelola risiko tertentu untuk mengawasi dan menangani dampaknya.

Perbedaan Manajemen Risiko Reaktif dan Proaktif

Ilustration of Risk Management/Freepik

Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan dua pendekatan utama, yaitu strategi reaktif dan strategi proaktif.

1. Strategi Reaktif

Strategi reaktif adalah pendekatan dalam menangani risiko yang berfokus pada tindakan yang diambil setelah risiko atau masalah terjadi. Ibaratnya seperti "pemadam kebakaran," strategi ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dari situasi yang sudah terjadi. Biasanya, strategi ini dilakukan ketika risiko tidak dapat dihindari atau tidak terdeteksi sebelumnya.

Misalnya, bayangkan sebuah perusahaan teknologi menghadapi serangan siber yang tiba-tiba melumpuhkan sistem mereka. Dengan strategi reaktif, perusahaan langsung mengaktifkan protokol darurat, memperbaiki sistem yang terganggu, dan memulihkan data yang hilang. Setelah itu, perusahaan melakukan analisis untuk memahami akar masalah dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Intinya, strategi reaktif adalah tentang "memperbaiki setelah terjadi."

2. Strategi Proaktif

Strategi proaktif adalah pendekatan yang fokus pada pencegahan dan antisipasi risiko sebelum masalah muncul. Ini seperti "membangun bendungan sebelum banjir datang." Strategi ini melibatkan identifikasi potensi risiko, menilai dampaknya, dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kemungkinan risiko tersebut terjadi atau meminimalkan dampaknya jika terjadi.

Contohnya, dalam skenario perusahaan teknologi yang sama, strategi proaktif berarti perusahaan sudah memiliki sistem keamanan canggih, protokol enkripsi data, dan pelatihan rutin bagi karyawan untuk mengenali ancaman siber. Bahkan sebelum ada serangan, mereka telah mitigasi risikonya sehingga dampaknya minimal atau tidak terjadi sama sekali.

Kedua pendekatan itu penting, tetapi mengadopsi strategi proaktif sering kali menghasilkan ketahanan dan kesiapan yang lebih besar, sehingga mengurangi perlunya tindakan reaktif.

Baca Juga: Metode Pemecahan Masalah dalam Tim yang Efektif

Manfaat Pengelolaan Risiko bagi Keberlanjutan Perusahaan

Business sustainability
Risk Management Process /Freepik

Pengelolaan risiko yang baik dapat meningkatkan kinerja suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi keberlanjutan suatu organisasi, serta dapat meningkatkan keberhasilan suatu strategi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan pertumbuhan dalam jangka panjang. Selain itu, berikut beberapa manfaat utama yang bisa diperoleh:

1. Melindungi Stabilitas Keuangan

Manajemen risiko yang efektif membantu organisasi mengantisipasi potensi fluktuasi pasar, perubahan nilai tukar, dan berbagai risiko keuangan lainnya. Dengan demikian, perusahaan dapat mencegah kerugian besar yang berpotensi mengganggu kelangsungan operasional.

2. Menjamin Kelangsungan Operasional

Risiko operasional, seperti gangguan pada teknologi atau gangguan rantai pasokan, dapat menghambat produktivitas. Dengan pengelolaan risiko yang baik, organisasi dapat memastikan proses bisnis tetap berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti.

3. Mendukung Kepatuhan Regulasi

Manajemen risiko juga memastikan bahwa organisasi mematuhi hukum dan regulasi yang berlaku. Hal ini tidak hanya menghindarkan perusahaan dari sanksi atau denda, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan pemangku kepentingan.

4. Menjaga Reputasi

Kegagalan produk atau layanan dapat merusak kepercayaan publik terhadap organisasi. Dengan mengelola risiko reputasi secara proaktif, perusahaan dapat menjaga citra positifnya dan terus mendapatkan kepercayaan pelanggan.

5. Meningkatkan Daya Saing

Pengelolaan risiko yang menyeluruh memberikan organisasi keunggulan dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang. Ini memungkinkan perusahaan untuk lebih adaptif, inovatif, dan kompetitif di pasar yang terus berubah.

Melalui manfaat ini, manajemen risiko menjadi elemen penting dalam membangun ketahanan dan memastikan keberhasilan jangka panjang bagi organisasi mana pun.

Jenis-jenis Manajemen Risiko

Risk Management Type/Freepik

Manajemen risiko itu sendiri terdapat beragam jenisnya. Untuk memahaminya, berikut jenis pengelolaan risiko yang dapat Anda pahami:

1. Manajemen Berbasis Kerugian

Pendekatan ini menilai risiko berdasarkan potensi kerugian dan kemungkinan terjadinya, serta mengalokasikan sumber daya untuk mengelola risiko yang memiliki dampak terbesar.

2. Manajemen Risiko Berbasis Proyek

Pendekatan ini digunakan pada konteks proyek tertentu, di mana risiko diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencapai tujuan proyek dengan meminimalkan gangguan.

3. Manajemen Risiko Kualitatif

Menggunakan penilaian berbasis kualitas dan subjektif dalam mengidentifikasi dan mengukur risiko, sering kali berdasarkan pengalaman dan wawasan ahli. Contohnya, diskusi panel untuk mengevaluasi risiko dari perspektif manajer.

4. Manajemen Risiko Kuantitatif

Pendekatan ini mengandalkan data numerik dan statistik untuk menganalisis risiko. Model matematika digunakan untuk mengukur potensi dampak dan probabilitas risiko. Contohnya, menggunakan simulasi Monte Carlo untuk memperkirakan dampak risiko keuangan.

5. Manajemen Risiko Dinamis

Fokus pada pemantauan dan penyesuaian terus-menerus terhadap risiko yang muncul seiring waktu, terutama dalam lingkungan yang cepat berubah. Contohnya, pembaruan strategi pemasaran berdasarkan perubahan tren pasar secara real-time.

Jenis manajemen risiko ini memberikan organisasi alat berbeda untuk mengatasi risiko secara efektif dalam berbagai skenario.

5 5 Langkah Manajemen Risiko yang Efektif

Untuk bisa membuat manajemen risiko yang baik, beberapa langkah berikut dapat Anda lakukan:

1. Identifikasi Risiko

Langkah awal adalah mengenali semua potensi risiko yang dapat mempengaruhi tujuan organisasi, baik dari aspek keuangan, operasional, hukum, maupun eksternal. Proses ini dapat dilakukan melalui brainstorming, wawancara, atau analisis data historis.

2. Analisis Risiko

Setelah risiko teridentifikasi, langkah berikutnya adalah menganalisis sejauh mana risiko tersebut dapat memengaruhi organisasi. Analisis ini dapat dilakukan secara:

  • Kualitatif: Menilai tingkat keparahan risiko.
  • Kuantitatif: Menghitung potensi kerugian secara numerik.

3. Evaluasi Risiko

Dalam tahap ini, organisasi menentukan prioritas pengelolaan risiko berdasarkan tingkat dampak dan kemungkinan terjadinya. Risiko dengan dampak negatif besar sebaiknya dihindari, sementara risiko yang menawarkan peluang harus dimanfaatkan secara strategis.

4. Pengendalian Risiko

Setelah evaluasi, langkah pengendalian dilakukan. Proses ini mencakup penerapan kebijakan, prosedur, atau teknologi untuk mengurangi dampak risiko yang diidentifikasi sebelumnya.

5. Pemantauan dan Peninjauan Ulang Risiko

Risiko tidak bersifat statis. Oleh karena itu, organisasi perlu secara rutin memantau, mengevaluasi ulang, dan menyesuaikan strategi pengelolaan risiko seiring perubahan lingkungan bisnis dan pasar.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, organisasi dapat membangun kerangka manajemen risiko yang kuat yang mendukung pertumbuhan dan ketahanan berkelanjutan.

Tantangan dalam Pengendalian Risiko

Meski manajamen risiko ini dilakukan dengan komprehensif, masih ada tantangan yang perlu dihadapi. Tantangan yang dihadapi ada berbagai macam seperti:

  • Kesulitan dalam memprediksi risiko yang kompleks.
  • Tingginya ketidakpastian di pasar global menjadi hal yang pasti dalam pengendalian risiko.
  • Kekurangan sumber daya atau data yang akurat untuk menilai risiko yang ada pada perusahaan sehingga dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam rencana pengendalian.

Baca Juga: Due Diligence Sebagai Pondasi Perusahaan untuk Menilai Potensi Risiko

Untuk itu, 5 metode mengatasi tantangan manajemen risiko ini dapat dilakukan:

1. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)

Maksudnya adalah mengambil langkah untuk menghilangkan potensi ancaman dengan cara tidak mengambil resiko tersebut. Metode ini dilakukan jika risiko dianggap terlalu mengancam dan tidak dapat diterima organisasi. Contohnya, dalam proyek konstruksi, perusahaan memiliki lokasi yang aman dari bencana alam seperti banjir atau longsor yang tentunya dapat memberikan kerugian besar.

2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction)

Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko beserta dampaknya dengan langkah-langkah professional. Contohnya, perusahaan menggunakan teknologi keamanan siber untuk mengurangi terjadinya serangan dunia maya.

3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)

memindahkan risiko yang sudah maupun belum terjadi kepada pihak lain, biasanya melalui kontrak atau asuransi. Contohnya, menggunakan asuransi untuk mengantisipasi jika terjadinya kecelakaan pada aset maupun kesehatan.

4. Menerima Risiko (Risk Retention)

Menerima resiko tanpa tindakan karena biasanya dampaknya dianggap kecil atau untuk mengetahui target pasar.

Contohnya, perusahaan F&B menerima risiko kegagalan produk pertama mereka sebagai bagian pembelajaran.

Metode-metode ini dipilih berdasarkan tingkat risiko, dampaknya, dan kapasitas organisasi untuk mengelolanya. Biasanya, organisasi mengkombinasikan beberapa metode untuk menghadapi berbagai jenis risiko.

Menurut riset terbaru oleh Harvard Business Review (2024), banyak perusahaan menghadapi kesulitan dalam mengintegrasikan manajemen risiko secara menyeluruh dalam keputusan strategis, terutama dalam menghadapi risiko yang tidak terduga seperti pandemi atau bencana alam.

Melalui manajemen risiko yang efektif, organisasi dapat mengurangi dampak negatif, mengoptimalkan pengambilan keputusan, dan menjaga stabilitas jangka panjang. Di Arghajatha Consulting, kami berkomitmen untuk membantu anda merancang manajemen risiko yang terstruktur dan efektif.

Percayakan kebutuhan manajemen risiko Anda kepada kami, dan bersama-sama kita wujudkan organisasi yang tangguh, adaptif, dan siap menghadapi setiap tantangan.

[Article Direview and Diverifikasi oleh Athiya K. Maghfira/Consultant]

Share this article.

Share this article.

Artikel terkait.

Dapatkan Insights Mingguan

Subscribe untuk Konten Eksklusif

Insight

id_IDIndonesian
Konsultan Manajemen adalah
Uncategorized
Konsultan Manajemen: Pengertian, Tugas, dan Tanggung Jawab
Team conflict
Proses Bisnis
5 Solusi Mengatasi Konflik dalam Tim Secara Profesional
Digital Transformation Trends
Transformasi Digital, Teknologi
Tren Digital Transformation
Dapatkan Insights Mingguan