Arghajata

Maret 13, 2025

Dampak Dari Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi

Dalam praktiknya, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut merujuk pada stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya lapangan/kesempatan kerja yang tersedia.

Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. 

Dalam praktiknya, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut merujuk pada stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya lapangan/kesempatan kerja yang tersedia.

Bank sentral sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam membuat kebijakan moneter memiliki fungsi dan peranan yang strategis dalam mendukung perkembangan pasar keuangan dan perekonomian suatu negara.

Hal ini antara lain karena kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh bank sentral dapat mempengaruhi perkembangan suku bunga, jumlah kredit, dan jumlah uang beredar, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tidak hanya perkembangan pasar keuangan, tetapi juga pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Kebijakan moneter berpengaruh langsung terhadap inflasi, hal ini dapat dibuktikan pada pengendalian jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga. Jika jumlah uang beredar meningkat, daya beli masyarakat bertambah, permintaan terhadap barang dan jasa naik, sehingga harga-harga cenderung meningkat dan inflasi terjadi. 

Sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar dikurangi, daya beli masyarakat melemah, permintaan menurun, dan harga-harga cenderung stabil atau bahkan turun, yang membantu menekan inflasi. 

Namun, bagaimana kebijakan moneter ini dapat mempengaruhi inflasi, tergantung pada jenis kebijakan moneter yang dibuat. Berikut beberapa macam kebijakan moneter yang perlu diketahui.

Kebijakan Moneter Ekspansif

Kebijakan moneter ekspansif adalah strategi yang diterapkan oleh bank sentral untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Tujuan utama dari kebijakan moneter ekspansif adalah untuk merangsang investasi dan konsumsi dengan cara berikut:

  • Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
  • Dengan menurunkan suku bunga dan meningkatkan jumlah uang beredar, investasi dan konsumsi masyarakat diharapkan bisa meningkat.
  • Mengurangi Pengangguran
  • Lebih banyak investasi akan menciptakan lapangan kerja baru, yang dapat membantu menurunkan tingkat pengangguran.
  • Mendorong Inflasi yang Stabil
  • Dalam kondisi inflasi rendah atau deflasi, kebijakan ini dapat membantu menaikkan harga secara moderat untuk menghindari perlambatan ekonomi.
  • Meningkatkan Likuiditas dalam Sistem Keuangan
  • Mempermudah akses kredit bagi dunia usaha dan masyarakat, sehingga roda ekonomi dapat berputar lebih cepat.

Dampak Kebijakan Moneter Ekspansif

Dalam penerapannya, kebijakan moneter ekspansif memiliki dampak positif dan negatif yang akan terjadi terhadap inflasi, yaitu:

Dampak Positif

  • Peningkatan Konsumsi dan Investasi: Biaya pinjaman yang lebih rendah meningkatkan daya beli masyarakat dan investasi perusahaan.
  • Kenaikan Produksi dan Lapangan Kerja: Dorongan terhadap investasi menciptakan lebih banyak lapangan kerja, yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
  • Stabilisasi Ekonomi Saat Resesi: Mencegah resesi dengan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan belanja dan investasi.

Dampak Negatif

  • Risiko Inflasi Berlebihan: Jika ekspansi uang tidak terkendali, harga barang dan jasa dapat melonjak drastis.
  • Depresiasi Mata Uang: Uang beredar yang lebih banyak bisa melemahkan nilai tukar, sehingga berpotensi meningkatkan harga impor.
  • Gelembung Aset: Suku bunga rendah bisa menyebabkan spekulasi berlebihan dalam sektor properti dan saham, yang berisiko menciptakan gelembung ekonomi.

Sebagai contoh kebijakan moneter ekspansif yang terjadi di Indonesia adalah pada masa pandemi Covid-19, pada tahun 2020 Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan dari 5 persen pada akhir 2019 menjadi 3,5 persen pada 2021 untuk mendorong kredit dan investasi. 

Hal ini berdampak pada PDB Indonesia yang terkontraksi -2,07 persen pada 2020 mulai tumbuh kembali menjadi 3,69 persen pada 2021 dan terus meningkat, hal ini menghasilkan pemulihan ekonomi lebih cepat, kredit meningkat, dan inflasi tetap terkendali.

Kebijakan Moneter Kontraktif

Kebijakan moneter kontraktif merupakan strategi yang diterapkan oleh bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar guna mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.

Tujuan utama dari kebijakan moneter kontraktif adalah untuk menekan laju inflasi dengan mengurangi kredit yang beredar di masyarakat dan dunia usaha dengan cara

  1. Mengendalikan Inflasi – Jika harga barang dan jasa naik terlalu cepat, kebijakan ini membantu menstabilkannya.
  2. Menjaga Stabilitas Mata Uang – Suku bunga tinggi menarik investasi asing, memperkuat nilai tukar mata uang.
  3. Mencegah Gelembung Ekonomi – Mengurangi spekulasi berlebihan di sektor properti dan saham yang bisa menyebabkan krisis.
  4. Mengurangi Defisit Neraca Perdagangan – Mata uang yang lebih kuat membuat impor lebih murah, membantu keseimbangan ekonomi.

Pengaruh Positif dan Negatif

Dampak Positif:

  • Inflasi dapat dikendalikan sehingga daya beli masyarakat cenderung tetap stabil.
  • Nilai mata uang cenderung menguat, yang bisa menurunkan biaya impor.
  • Mengurangi risiko gelembung aset yang berpotensi menyebabkan krisis keuangan.

Dampak Negatif:

  • Suku bunga yang lebih tinggi membuat kredit lebih mahal, sehingga menghambat investasi dan konsumsi.
  • Pertumbuhan ekonomi bisa melambat karena bisnis mengurangi ekspansi.
  • Risiko meningkatnya pengangguran akibat perlambatan sektor bisnis.

Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada 2022, inflasi di Indonesia melonjak akibat kenaikan harga energi global. Untuk mengatasi hal ini, Bank Indonesia melakukan penerapan kebijakan kontraktif dengan menaikkan suku bunga acuan secara bertahap dari 3,5% menjadi 6% sepanjang 2022-2023, dan menekan jumlah uang beredar dengan menjual surat berharga di pasar terbuka.

Hasilnya yaitu inflasi yang sempat mencapai 5,95% pada September 2022 berhasil ditekan ke sekitar 2,5% pada 2023, dan juga  pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi stabilitas harga dan nilai tukar rupiah tetap terjaga.

Dampak Kebijakan Moneter dan Inflasi

Pengendalian Inflasi 

Kebijakan moneter dapat menekan atau meningkatkan inflasi dengan cara mengatur jumlah uang beredar dan suku bunga. Jika inflasi dinilai terlalu tinggi, bank sentral dapat mengurangi uang beredar dan menaikkan suku bunga untuk menekan permintaan. 

Sebaliknya, jika inflasi terlalu rendah atau terjadi deflasi, bank sentral dapat melakukan penanganan dengan meningkatkan jumlah uang beredar dan menurunkan suku bunga untuk mendorong konsumsi dan investasi.

Stabilitas Ekonomi  

Dengan mengontrol likuiditas di pasar, kebijakan moneter membantu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.

Kebijakan yang terlalu ketat akan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pengangguran, sedangkan kebijakan yang terlalu longgar juga dapat menyebabkan lonjakan harga yang tidak terkendali.

Nilai Tukar dan Investasi

Perubahan kebijakan moneter, terutama terkait suku bunga, berdampak pada nilai tukar mata uang. Suku bunga yang tinggi menarik investasi asing dan memperkuat nilai mata uang, tetapi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Sebaliknya, suku bunga rendah mendorong investasi domestik, tetapi dapat melemahkan nilai mata uang dan meningkatkan inflasi akibat naiknya harga impor.

Dampak dari inflasi

  1. Penurunan Daya Beli 

Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan harga barang dan jasa meningkat, sehingga nilai uang menurun. Akibatnya, masyarakat membutuhkan lebih banyak uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari, yang akan menurunkan daya beli terutama bagi mereka dengan pendapatan tetap.

  1. Ketidakpastian Ekonomi 

Inflasi yang tidak terkendali menciptakan ketidakpastian bagi pelaku usaha dan juga investor. Selain itu biaya produksi yang meningkat membuat perusahaan sulit merencanakan investasi jangka panjang, sementara suku bunga yang naik akibat inflasi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

  1. Pelemahan Nilai Mata Uang

Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang, terutama jika kenaikan harga di dalam negeri lebih cepat dibandingkan negara lain. Hal ini membuat barang impor menjadi lebih mahal, meningkatkan biaya hidup, dan berpotensi memperburuk inflasi lebih lanjut.

kebijakan moneter dan inflasi dapat berdampak bagi keseluruhan terutama dalam sektor ekonomi suatu negara ,apalagi mengingat bahwa krisis ini bisa berkembang menjadi fenomena yang dikenal sebagai financial distress, yaitu proses demonetisasi berupa penurunan permintaan akan likuiditas perekonomian sebagai akibat meningkatnya permintaan akan uang kartal.

Apabila terjadi, proses ini akan mengakibatkan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pemicu terjadinya fenomena flight to currency yang begitu tiba-tiba adalah ketidakpastian nilai tukar rupiah (McNelis, 1988).

Oleh karena itu, upaya pemulihan ekonomi sangat tergantung kepada ketepatan strategi kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral, khususnya dalam rangka mengembalikan kepastian nilai tukar.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kebijakan moneter dan inflasi memiliki hubungan erat dalam menentukan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Untuk menjaga keseimbangan ekonomi tersebut, bank sentral berperan penting menerapkan kebijakan moneter yang tepat dan fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang ada. 

Stabilitas ekonomi yang berkelanjutan dapat dicapai melalui kombinasi kebijakan moneter yang efektif, pengawasan inflasi yang ketat, serta koordinasi dengan kebijakan fiskal dan sektor keuangan lainnya.

Untuk memastikan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan yang berkelanjutan, diperlukan kebijakan moneter yang tepat serta pengendalian inflasi yang efektif. Arghajata Consulting siap membantu bisnis dan institusi dalam menganalisis dampak kebijakan ekonomi serta merancang strategi yang adaptif di tengah dinamika pasar. 

Dengan pemahaman yang mendalam dan solusi berbasis data, kami berkomitmen untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan berdaya saing. Hubungi kami hari ini dan jadilah bagian dari pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan!

Share this article.

Share this article.

Related articles.

Get Weekly Insight

Subscribe for Exclusive Content

Explore Our Insights

20230804160736000000Caradiversifikasiportofolio
Economy, Finance
6 Strategi Diversifikasi Portofolio untuk Perusahaan
Foto (6)
Uncategorized
Logistics Performance
Human Resource Strategic
Economy, Finance, Uncategorized
Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran
Get Weekly Insight