Pada dasarnya, diversifikasi adalah strategi untuk mengurangi risiko dengan menyebarkan sumber daya ke berbagai bidang, sektor, atau aset. Ini berlaku dalam berbagai aspek, seperti investasi, bisnis, atau produk.
Sementara itu, diversifikasi portofolio adalah strategi yang dikenal luas di bidang keuangan, yaitu merupakan strategi bisnis yang digunakan untuk memperluas cakupan produk, layanan, atau pasar yang berguna untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang pertumbuhan.
Dengan melakukan diversifikasi, perusahaan tidak hanya bergantung pada satu lini bisnis atau segmen pasar, tetapi memiliki berbagai sumber pendapatan yang dapat membantu menghadapi ketidakpastian ekonomi dan persaingan industri. Sesuai penjelasan diatas, kata portofolio merujuk pada kumpulan bisnis, produk, atau layanan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
Manfaat utama dari diversifikasi portofolio perusahaan adalah peningkatan stabilitas keuangan. Maksudnya jika satu lini bisnis mengalami penurunan, bisnis lain dapat menopang perusahaan sehingga risiko keuangan dapat dikurangi.
Contoh penerapan diversifikasi portofolio yang sukses, yaitu perusahaan Apple. Awalnya perusahaan ini fokus pada bisnis komputer dengan produk Macintosh. Namun, diversifikasi portofolionya dimulai ketika mereka meluncurkan iPod pada tahun 2001, kemudian iPhone pada 2007, yang kini menjadi tulang punggung perusahaan.
Hasilnya iphone kini menyumbang lebih dari 50% dari total pendapatan Apple, sementara layanan digitalnya terus berkembang pesat. Strategi diversifikasi ini membuat Apple tidak hanya bergantung pada satu produk, tetapi memiliki berbagai sumber pendapatan yang kuat.
Selain itu, diversifikasi juga membuka peluang inovasi, meningkatkan daya saing, dan memberikan fleksibilitas dalam merespons perubahan pasar. Namun, strategi ini juga memiliki tantangan, seperti kompleksitas manajemen yang lebih tinggi, potensi kehilangan fokus, serta risiko investasi yang besar dalam sektor yang kurang dikenal.
Lantas, bagaimana cara membangun strategi diversifikasi portofolio untuk perusahaan? Berikut tipsnya!
Discover More : Factors Influencing Demand and Supply
Jenis-jenis Diversifikasi Portofolio Perusahaan

Sebelum mengetahui strategi diversifikasi portofolio, ada dua jenis diversifikasi portofolio yang harus Anda ketahui, yaitu diversifikasi terkait (related diversification) dan diversifikasi tidak terkait (unrelated diversification).
Diversifikasi terkait (Related Diversification)
Diversifikasi terkait ini terjadi ketika perusahaan memperluas bisnisnya ke industri atau produk yang masih memiliki keterkaitan dengan bisnis intinya. Keterkaitan ini bisa dalam bentuk rantai pasokan, teknologi, pasar, atau kompetensi inti yang dimiliki perusahaan. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan sumber daya yang sudah ada, menciptakan sinergi, dan juga memperkuat kedudukan perusahaan di industri tersebut.
Sebagai contoh Toyota, perusahaan yang awalnya memproduksi mobil berbahan bakar bensin, kemudian mengembangkan kendaraan hybrid dan listrik, tetap dalam industri otomotif tetapi dengan teknologi yang lebih maju dan ramah lingkungan.
Diversifikasi Tidak Terkait (Unrelated Diversification)
Diversifikasi tidak terkait terjadi ketika perusahaan memasuki industri atau bisnis yang tidak memiliki hubungan langsung dengan bisnis utamanya. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk mengurangi risiko dengan memiliki portofolio bisnis di berbagai sektor.
Sebagai contoh perusahaan Samsung, yang tidak hanya beroperasi di industri elektronik (smartphone, TV, dan semikonduktor), tetapi juga memiliki bisnis di sektor konstruksi (Samsung C&T), asuransi (Samsung Life Insurance), dan industri berat (Samsung Heavy Industries).
6. Strategi Diversifikasi Portofolio Perusahaan

1. Lakukan Riset yang Mendalam
Sebelum melakukan diversifikasi, perusahaan harus selalu melakukan riset pasar secara mendalam. Hal ini dikarenakan pengumpulan data pasar mencakup berbagai aspek penting yang membantu perusahaan memahami kondisi dan prospek pasar baru. Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data pasar meliputi:
- Analisis Tren Industri: Perusahaan perlu memantau perkembangan industri terkait, termasuk inovasi, regulasi baru, serta perubahan dalam preferensi konsumen.
- Studi Permintaan Konsumen: Memahami kebutuhan, keinginan, dan pola pembelian pelanggan potensial sangat penting untuk menilai daya tarik suatu pasar.
- Penelitian Kompetitor: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing di pasar target dapat membantu perusahaan menentukan keunggulan kompetitif yang dapat dimanfaatkan.
- Analisis Data Ekonomi: Faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan, inflasi, dan daya beli masyarakat juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan diversifikasi.
- Uji Pasar dan Survei Pelanggan: Melakukan wawancara, survei, atau studi observasi secara langsung dapat memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai preferensi dan kebutuhan konsumen.
- Pemanfaatan Big Data dan AI: Teknologi modern memungkinkan perusahaan mengumpulkan dan menganalisis data dalam jumlah besar untuk mendeteksi pola dan tren yang tidak terlihat secara langsung.
Dengan data yang akurat dan relevan, perusahaan dapat memahami apakah pasar baru memiliki peluang yang menjanjikan atau justru berisiko tinggi. Pengumpulan data pasar yang baik menjadi dasar dalam menyusun strategi diversifikasi yang efektif.
2. Pahami Tren Pasar dan Perilaku Konsumen Sebelum Memulai Diversifikasi.
Langkah selanjutnya setelah riset adalah sebelum suatu perusahaan memperluas portofolionya ke bisnis atau produk baru, akan sangat penting untuk memahami bagaimana pasar berkembang dan bagaimana preferensi konsumen berubah.
Hal ini dikarenakan tren pasar mencerminkan arah perubahan dalam industri, seperti meningkatnya permintaan terhadap produk ramah lingkungan, pertumbuhan pasar digital, atau pergeseran pola konsumsi akibat teknologi baru. Sementara itu, perilaku konsumen menggambarkan bagaimana pelanggan membuat keputusan pembelian, faktor yang mempengaruhi loyalitas mereka, serta ekspektasi terhadap suatu merek atau produk.
Selain itu, perilaku konsumen juga perlu dianalisis secara menyeluruh agar perusahaan dapat menyesuaikan portofolio dengan preferensi dan kebutuhan pelanggan yang terus berkembang.
Misalnya, jika tren menunjukkan peningkatan minat terhadap teknologi hijau, maka perusahaan dapat mempertimbangkan investasi di sektor energi terbarukan. Dengan melakukan riset dan survei yang mendalam, perusahaan dapat mengurangi risiko yang berbahaya, meningkatkan peluang keuntungan, serta memastikan bahwa diversifikasi yang dilakukan memberikan manfaat optimal dalam jangka panjang.
Jika perusahaan gagal memahami tren dan perilaku konsumen, diversifikasi bisa berisiko tinggi karena produk atau layanan baru mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Misalnya, jika sebuah perusahaan elektronik ingin masuk ke industri kendaraan listrik, mereka perlu memahami permintaan pasar, regulasi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen sebelum berinvestasi dalam lini bisnis baru.
Dengan melakukan riset pasar yang mendalam, perusahaan dapat mengidentifikasi peluang yang potensial, meminimalkan risiko, dan memastikan bahwa ekspansi mereka memberikan nilai tambah serta keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
3. Pastikan produk atau layanan baru sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang ingin ditargetkan.
Tips yang selanjutnya dalam melakukan diversifikasi portofolio adalah perusahaan harus memastikan bahwa produk atau layanan baru yang dikembangkan benar-benar relevan dan memiliki nilai bagi pelanggan. Diversifikasi yang tidak mempertimbangkan kebutuhan pasar dapat menyebabkan kegagalan, hal ini terjadi karena pelanggan mungkin tidak tertarik atau tidak membutuhkan produk yang ditawarkan.
Sebelum melakukan diversifikasi, perusahaan perlu melakukan riset pasar seperti yang dijelaskan di tips pertama. untuk memahami preferensi, tren, serta masalah yang dihadapi pelanggan, dan juga memahami kebutuhan pelanggan tersebut perusahaan akan dapat menciptakan produk atau layanan yang memiliki peluang sukses lebih besar.
Misalnya, jika sebuah perusahaan fashion ingin memperluas portofolionya ke sektor kosmetik, mereka harus memastikan bahwa produk kosmetik yang ditawarkan sesuai dengan selera dan gaya hidup pelanggan yang sudah ada, sehingga mereka lebih mudah menerima produk baru tersebut.
Selain itu, strategi pemasaran dan komunikasi juga harus disesuaikan agar pelanggan memahami manfaat dari produk atau layanan baru yang ditawarkan. Jika diversifikasi dilakukan dengan tetap berfokus pada kebutuhan pelanggan, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan peluang keberhasilan, tetapi juga membangun loyalitas pelanggan dan memperluas pangsa pasar dengan lebih efektif.
Discover More : 7 Strategies for Financial Management: Boost Business Growth
4. Lakukan Diversifikasi Bertahap, Uji Coba Skala Kecil Sebelum Menerapkan Strategi dalam Skala Besar.
Berarti bahwa perusahaan sebaiknya tidak langsung melakukan diversifikasi dalam skala besar tanpa terlebih dahulu menguji kelayakan strategi yang akan diterapkan. Hal ini juga memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi potensi risiko, memahami tantangan yang mungkin muncul, serta mengevaluasi efektivitas strategi sebelum mengalokasikan sumber daya yang lebih besar.
Misalnya, jika sebuah perusahaan ritel ingin mendiversifikasi portofolionya dengan memasuki industri e-commerce, mereka dapat memulainya dengan membuka toko online dalam lingkup terbatas atau menawarkan beberapa produk unggulan terlebih dahulu. Dari sini, perusahaan akan bisa mengukur respons pasar, mengidentifikasi kendala logistik, serta mengevaluasi profitabilitas sebelum memperluas skala operasionalnya secara menyeluruh.
Dengan melakukan diversifikasi secara bertahap, perusahaan dapat mengurangi risiko kegagalan, memastikan bahwa langkah yang diambil sudah sesuai dengan kebutuhan pasar, serta mengoptimalkan strategi berdasarkan hasil uji coba awal. Hal ini juga memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar tanpa harus menghadapi konsekuensi finansial yang besar jika strategi awal tidak berjalan sesuai harapan.

Dengan mengikuti langkah-langkah diatas, perusahaan dapat memastikan bahwa diversifikasi dilakukan dengan perencanaan yang matang, meminimalkan risiko, dan meningkatkan kemungkinan sukses jangka panjang.
5. Jangan Abaikan Bisnis Utama
Diversifikasi memang penting untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang pertumbuhan, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, bisa mengalihkan perhatian serta sumber daya dari bisnis utama yang sudah stabil dan juga menghasilkan keuntungan.
Misalnya, sebuah perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman ingin mendiversifikasi portofolionya dengan berinvestasi di sektor teknologi. Jika perusahaan terlalu agresif dalam ekspansi tanpa perencanaan yang matang, ada risiko bahwa sumber daya finansial dan manajerial yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan bisnis inti malah tersedot ke sektor baru yang belum tentu sukses. Akibatnya, bisnis utama bisa mengalami penurunan kualitas, kehilangan daya saing, atau bahkan mengalami kerugian.
Oleh karena itu, perusahaan harus menyeimbangkan strategi diversifikasi dengan tetap menjaga stabilitas dan pertumbuhan bisnis utama. Diversifikasi harus dilakukan secara bertahap, dengan mempertimbangkan kesiapan finansial dan operasional perusahaan agar kedua sektor—baik bisnis utama maupun investasi baru dapat berkembang secara optimal tanpa saling mengganggu.
6. Gunakan KPI untuk Mengukur Keberhasilan Diversifikasi Secara Berkala
Selanjutnya perusahaan harus terus memonitor dan mengevaluasi bagaimana efektivitas strategi diversifikasi yang telah diterapkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa diversifikasi benar-benar memberikan manfaat bagi perusahaan dan tidak justru menjadi beban yang menghambat pertumbuhan.
Salah satu cara yang efektif untuk melakukan evaluasi adalah dengan menggunakan Key Performance Indicators (KPI), yaitu metrik atau indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu bisnis. KPI yang dapat digunakan dalam diversifikasi portofolio meliputi, pertumbuhan pendapatan dari bisnis baru, margin keuntungan, Return on Investment (ROI), pangsa pasar, serta kepuasan pelanggan.
Misalnya, jika perusahaan telah mendiversifikasi investasinya ke sektor baru, mereka dapat memantau seberapa besar kontribusi sektor tersebut terhadap total pendapatan perusahaan dan apakah pertumbuhan bisnis tersebut sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Evaluasi berkala juga memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi apakah diversifikasi berjalan sesuai rencana atau justru memerlukan penyesuaian strategi. Jika hasilnya tidak sesuai harapan, perusahaan dapat melakukan perubahan, seperti mengurangi investasi pada sektor yang kurang menguntungkan atau mengoptimalkan strategi pemasaran.
Dengan pemantauan dan evaluasi yang terus-menerus perusahaan akan dapat memastikan bahwa diversifikasi memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing jangka panjang.
Kesimpulannya adalah diversifikasi portofolio merupakan strategi penting bagi perusahaan untuk mengurangi risiko, meningkatkan peluang pertumbuhan, dan memperluas pasar. Namun, agar diversifikasi berjalan sukses, perusahaan harus menerapkan strategi yang tepat dan terukur.
Dengan menerapkan keenam strategi dan tips ini secara seimbang, perusahaan dapat mengoptimalkan diversifikasi portofolio dengan lebih efektif, meningkatkan daya saing, serta menciptakan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Jangan biarkan risiko menghambat pertumbuhan bisnis anda. Dengan strategi diversifikasi portofolio yang tepat, anda akan dapat meningkatkan peluang sukses dan memperkuat daya saing perusahaan.
Arghajata Consulting siap membantu Anda dalam merancang strategi diversifikasi yang efektif, berbasis riset pasar, serta disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan pelanggan.